Jumat, 18 Desember 2015

Materi Bilangan Bulat Siswa Kelas VII SMP/MTs

Selamat pagi siswa-siswi, terutama kelas VII SMP/MTs, kali ini kita akan mempelajari bilangan bulat yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Mari kita perhatikan slide berikut ini

Rabu, 16 Desember 2015

Powerfull Ala Wenni, Yuk hijrah menuju powerpoint berkualitas

Untuk menyampaikan sesuatu hal, kadangkala seseorang memerlukan cara yang efektif.
Kadangkala mereka tidak menyadari, ada hal-hal yang tidak perlu untuk ditampilkan dalam suatu presentasi. Ketika kita menyajikan sesuatu, kadang kita melupakan beberapa hal yang penting. Semoga tips berikut ini berguna.
Mari kita hijrah menuju presentasi berkualitas yuk...

Jumat, 18 September 2015

Lima Budaya Kerja Kemenag



Tanpa terasa diklat teknis substantif Peningkatan Kompetensi Evaluasi Pendidikan Bagi Guru MTs sudah menjelang hari-hari terakhir, namun aku baru bisa menuliskannya malam ini. Pertama karena sinyal kurang bersahabat dan aku baru tahu password wifi lantai 3 Pusdiklat nih. (BTW baru dapat pagi tadi nih password, diberitahu sama ketua kelas).

Aku ingin berbagi pengalamanku tentang diklat ini kawan, maukah kalian kembali membacanya? Baiklah, simak ya....
Selasa tanggal 15 September 2015 hari kedua diklat dimulai pukul 07.30 WIB kegiatan pembukaan dimulai dan dibuka oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Bapak Prof.Dr. Abd. Rahman Mas’ud, M.Pd. Menurut beliau seorang guru harus Mastering (Menguasai), Loving (Mencintai), dan Penuh Energik / antusias di hadapan peserta didik. 

Yang paling penting dari seorang guru adalah keteladanan /memberi contoh. Di hadapan 120 peserta diklat dari 4 angkatan yaitu diklat teknis substantif Peningkatan Kompetensi PKG dan PKB Bagi guru MA, diklat teknis substantif peningkatan kompetensi PKG dan PKB bagi guru MTs, diklat teknis substantif Peningkatan Kompetensi Media Pembelajaran Berbasis web bagi guru MTs dan Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Evaluasi Pendidikan bagi guru MTs ,yang masing-masing angkatan sebanyak 30 orang. Beliau menginginkan setiap guru memiliki tekad dan usaha dalam memberikan keteladanan. Tantangan guru di abad 21 mengharuskan setiap guru menguasai komputer dan bahasa asing terutama bahasa Inggris. Pendidikan akan membawa perubahan ke arah lebih baik sehingga guru sebagai ujung tombak perlu mempunyai pemahaman yang mendalam dan profesionalitas.

Lima budaya kerja kementerian agama yaitu Integritas (keselarasan antara hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik dan benar); Profesionalitas (bekerja secara disiplin, kompeten, dan tepat waktu dengan hasil terbaik); Inovasi (Menyempurnakan yang sudah ada dan mengkreasi hal baru yang lebih baik); Tanggung Jawab (bekerja secara tuntas dan konsekuen) dan Keteladanan (Menjadi Contoh yang baik bagi orang lain).
Sesudah rehat, Materi Kebijakan Diklat Tenaga Teknis Keagamaan oleh Dr.H.M.Kusasi, M.Pd sebagai Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan. Ternyata beliau dari Kalimantan Selatan.  Ternyata banyak hal yang perlu kami gali dan benahi terutama dari diri kami sendiri antara lain pola pikir, cara pandang terhadap sesuatu, dan lain sebagainya. Beliau mengupas lima budaya kerja kementerian agama, yaitu:
1.       Integritas (keselarasan antara hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik dan benar);
2.      Profesionalitas (bekerja secara disiplin, kompeten, dan tepat waktu dengan hasil terbaik);
3.      Inovasi (Menyempurnakan yang sudah ada dan mengkreasi hal baru yang lebih baik);
4.       Tanggung Jawab (bekerja secara tuntas dan konsekuen)
5.      Keteladanan (Menjadi Contoh yang baik bagi orang lain).

Barangkali kita perlu mengupas lebih dalam mengenai lima budaya kerja kementerian agama ini kawan.
1.      1. Integritas,
Indikasi positif : bertekad dan berkemauan untuk berbuat yang benar; berpikir positif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi; Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; Menolak korupsi, suap atau gratifikasi
Indikasi negatif : Melanggar sumpah dan janji pegawai/jabatan; Melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi; menerima pemberian dalam bentuk apapun di luar ketentuan.

2.     2.  Profesionalitas
Indikator positif : Melakukan pekerjaan sesuai kompetensi jabatan; Disiplin dan bersungguh-sungguh dalam bekerja; Melakukan pekerjaan secara teukur; Melaksanakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu; Menerima reward and punishment sesuai dengan ketentuan.
Indikasi negatif : Melakukan pekerjaan tanpa perencanaan yang matang; Melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan tugas dan fungsi; Malas dalam bekerja; Melakukan pekerjaan dengan hasil yang tidak sesuai dengan standar.

3.      Inovasi
Indikator positif : Selalu melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjutan; Bersikap terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif; Meningkatkan kompetensi dan kapasitas pribadi; Berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan masalah; Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam bekerja secara efektif dan efisien

Indikator negatif : Merasa cepat puas dengan hasil yang dicapai; bersikap apatis dalam merespons kebutuhan stakeholder dan user; Malas belajar, bertanya dan berdiskusi; Bersikap tertutup terhadap ide-ide pengembangan.

4.      Tanggung Jawab
Indikasi Positif: Menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu; Berani mengakui kesalahan, bersedia menerima konsekuensi, dan melakukan langkah-langkah perbaikan; Mengatasi masalah dengan segera; Komitmen dengan tugas yang diberikan
Indikasi negatif: Lalai dalam melaksanakan tugas; Menunda-nunda dan/atau menghindar dalam melaksanakan tugas; Selalu merasa benar dan suka menyalahkan orang lain; Menolak resiko atas hasil pekerjaan; Memilih-milih pekerjaan sesuai dengan keinginan pribadi; Menyalahgunakan wewenang dan tanggung jawab.

5.      Keteladanan
Indikasi positif : Berakhlak terpui, Memberikan pelayanan dengan sikap yang baik, penuh keramahan dan adil; Membimbing dan memberikan arahan kepada bawahan dan teman sejawat; Melakukan pekerjaan yang baik dimulai dari diri sendiri
Indikasi negatif : Berakhlak tercela; Melayani dengan seadanya dan sikap setengah hati; Memperlakukan orang berbeda-beda secara subjektif; Melanggar peraturan perundang-undangan; Melakukan pembiaran terhadap bentuk pelanggaran.

Selanjutnya masih pada hari yang sama, kamipun mulai mendapatkan materi Building Learning Commitment (BLC) dari Dr. Monica H. Sudaryati,M.Si.  Dalam mata diklat ini dimaksudkan agar peserta didik mampu menciptakan komitmen tentang kebiasaan dan perilaku yang positif serta menghindari kebiasaan perilaku yang negatif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehinggga akan memperoleh manfaat maksimal dari proses pembelajaran yang diikuti.
Pada pembelajaran mata diklat BLC ini  peserta  diklat diharapkan mampu merumuskan, menyepakati komitmen belajar yang telah disepakati untuk dilaksanakan  dan ditaati pada kegiatan diklat.

Barangkali itulah ceritaku kawan (ah, itu sih terlalu formal mungkin yang tersirat dalam benak kalian) namun aku bangga berada disini, mengikuti diklat bersama narasumber yang pintar-pintar dan peserta hebat.  Jangan bosan menunggu cerita aku nanti ya kawan….


Selasa, 15 September 2015

JANGAN TAKUT BERMIMPI KAWAN



Mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya
Petikan lagu laskar pelangi yang dinyanyikan oleh Nidji itu sangat kusuka.

De Javu, impian yang jadi kenyataaan. Barangkali itulah yang kembali aku alami kawan. Terserah kalian bilang aku seorang pemimpi. Namun dari impian-impian itu aku menemukan kepuasan jika aku mampu menggapainya. Jika aku gagal maka aku anggap itu hanyalah bunga tidur yang tak patut disesali jika kita tak berhasil. Mudah bukan?

Kali ini aku menemukan mimpiku bisa berada di pusdiklat tenaga teknis pendidikan dan keagamaan. Bisa ikut diklat disana merupakan impianku semenjak diangkat jadi guru dibawah kementerian agama. Bagi sebagian orang ini mungkin norak, tapi tidak bagiku. 

Perjalanan menuju ke sini kuanggap suatu keajaiban. Berawal dari keberhasilan menjadi guru prestasi MTs tingkat propinsi, aku ditugaskan kementerian agama Prov Kalsel untuk berangkat diklat. Tahukah kalian bagaimana perasaanku saat itu? Tubuhku serasa melambung ke awan, impianku tercapai juga kawan. Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia. Terima kasih kepada Kanwil Kementerian Agama Propinsi Kalimantan Selatan terutama Seksi Pendidikan Madrasah yang telah memberi kesempatan ini. Terima kasih kepada Kementerian agama kota Banjarmasin dan kepala Sekolah MTs muhammmadiyah 1 Banjarmasin yang telah mendukung dan memberikan ijin sehingga aku bisa berada disini untuk mengikuti diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Evaluasi Pendidikan Bagai Guru MTs mewakili Propinsi Kalimantan Selatan.

Diklat ini dimulai kemarin tanggal 14 September 2015 dengan registrasi (check in) mulai pukul 13.00 - 17.00 WIB).
Maukah kalian membaca perjalanan keberangkatan kami kawan? Baiklah aku akan bercerita, pesawat Garuda yang membawa kami ke Jakarta seharusnya berangkat pukul 09.20 Wita. Namun karena kabut asap yang begitu tebal di kota kami maka semua penerbangan hari itu dellay sampai cuaca memungkinkan. Akhirnya jadilah kami berangkat pukul 12.50 Wita ke Jakarta. Oh ya, aku berangkat bareng dengan Bu Megawati dari MAN 2 Model Martapura. Beliau adalah guru berprestasi tingkat MA Provinsi Kal Sel yang ditugaskan mengikuti Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi PKG dan PKB bagi Guru MA.

Selama dalam pesawat, mungkin faktor dari cuaca sehingga pesawat terasa begitu goyang, kepalaku terasa pusing dan ngantuk, padahal aku jarang mabuk darat ataupun udara. Untunglah tidak lama pramugari yang cantik-cantik membawakan makanan dan minuman. Jadilah kami menyantap menu yang ternyata sangat enak, mungkin karena perut minta diisi karena udah jam makan.
Sampai di  Bandara Sukarno Hatta Jakarta kami sudah janjian dengan sopir travel Pak Sandy nama beliau yang akan menjemput kami. Itupun rekomendasi dari Ibu Khairunnisa (beliau adalah teman sewaktu di MTsN Model Amuntai sekarang menjadi widyaiswara di balai diklat kemenag Provinsi Kalimantan Selatan). Terima kasih banyak ya Ibu Nisa…

Perjalanan melalui tol, aku lupa mencatat dan mengingat jalannya karena di perjalanan sampil menelepon dengan juniorku yang kebetulan pas ditinggal berangkat pagi sebelumnya ngamuk dulu tidak seperti biasanya. Itulah dunia anak, ternyata peran Ibu masih tak tergantikan, mereka butuh orangtua disamping. Demi tugas negara, Ibu berangkat kerja dulu ya Nak…

Sampai di Kampus Pusdiklat Tenaga Teknis kementerian Agama waktu hampir pukul 5 sore, kami langsung check in, registrasi isi biodata dan mengumpul bukti perjalanan dinas. Akhirnya kami pun mendapat kamar di lantai 3. Kebetulan kami juga sekamar dengan Bu Ning dari Jakarta.  
Sampai kamar, ternyata aku dan Ibu Mega lupa membawa stop kontak (kabel listrik) padahal kami bawa laptop masing-masing. Akhirnya kami keluar kampus menyusuri jalanan Ir. H.Juanda Ciputat Tangerang Selatan sampai menemukan toko alat listrik dan makanan/minuman kecil. Tanpa terasa kami berjalan lumayan jauh, demi stop kontak tersebut. Benar-benar pengalaman seru, unik dan pasti akan kami kenang sepanjang masa.
Balik ke kampus, sudah jadwal makan malam. Kamipun langsung santap makan malam  kebetulan perut juga sudah minta diisi karena waktunya makan malam.

Pukul 19.00 WIB pengarahan program dari panitia dimulai, seluruh peserta duduk sesuai kelas diklat masing-masing. Ada 4 angkatan pada diklat kali ini yakni diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi PKG dan PKB Madrasah Tsanawiyah, Diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi PKG dan PKB Madrasah Aliyah, diklat Teknis Substantif Peningkatan Kompetensi Media Pembelajaran Berbasis Web, dan Diklat teknis Substantif Peningkatan Evaluasi Pendidikan Bagi Guru MTs. Pesertanya 120 orang semuanya.

Barangkali itu dulu ceritaku kawan, nanti aku sambung kembali karena diklat ini masih sampai tanggal 20 September 2015. Jangan bosan membaca ceritaku kawan, satu pesanku jangan takut bermimpi dan meraih mimpi itu. Seperti diriku yang selalu punya mimpi....

bebaskan mimpimu di angkasa
warnai bintang di jiwa
 menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada yang kuasa
cinta kita di dunia selamanya…



Kamis, 28 Mei 2015

Pengertian Kurikulum



Majunya suatu bangsa ditentukan dari bagaimana perkembangan pendidikan bagi anak bangsa itu. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi dan berkembang perlu suatu perencanaan yang berhubungan dengan tujuan nasional pendidikan bagi bangsa itu.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional itu diperlukan seperangkat kurikulum yang menunjang untuk diberikan kepada peserta didik pada tingkat satuan pendidikan masing-masing seperti satuan pendidikan sekolah dasar, satuan pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum.

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku tersebut kita dapat mengetahui pengertian dan dimensi kurikulum serta fungsi dan peranan suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik. Kurikulum sebagai jembatan untuk menuju tujuan pada tiap satuan pendidikan diuraikan atas beberapa mata pelajaran bagi sekolah atau beberapa mata kuliah bagi tingkat perguruan tinggi. Satu diantara mata pelajaran/mata kuliah tersebut adalah matematika.
Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisa manusia. Matematika memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk hidup lebih baik pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan sangat kompetitif. Dalam melaksanakan pembelajaran matematika, diharapkan bahwa peserta didik harus dapat merasakan kegunaan belajar matematika.

Wahyudin (2008:392) menyatakan bahwa permintaan, tantangan, dan tanggung jawab yang diberikan pada guru matematika sekolah menengah saat ini sangat besar. Guru matematika tidak saja dituntut untuk menjadi spesialis dalam content area dan pedagogical skills, tetapi mereka juga harus merespon pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat era teknologi yang senantiasa berubah. Menurut visi dan tujuan dari dokumen the National Council of Teachers of Mathematics yaitu Principles and Standards for School Mathematics, semua siswa harus mendapatkan kesempatan untuk mempelajari, mengapresiasi, dan menerapkan skill-skill, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip matematika, baik itu di dalam ataupun di luar kelas.


A. Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum terus berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum, maka secara teoritis agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Namun, pemahaman konsep dasar mengenai kurikulum ini tetaplah penting adanya. Berikut ini beberapa pengertian kurikulum ditinjau dari beberapa sudut pandang :

1.  Pengertian Kurikulum Secara Etimologis
Webster’s Third New International Distionery menyebutkan kurikulum berasal dari kata curere dalam bahasa latin Currerre yang berarti :
1.  Berlari cepat
2.  Tergesa-gesa
3.  Menjalani

2.  Pengertian Kurikulum Secara Tradisional

Pertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan yang berarti “sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah”. Pengertian ini termasuk juga dalam pandangan klasik, dimana disini lebih ditekankan bahwa kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah, yang mencakup pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum.
Pengertian tradisional ini telah diterapkan dalam penyusunan kurikulum seperti Kurikulum SD dengan nama “Rencana Pelajaran Sekolah Rakyat” tahun 1927 sampai pada tahun 1964 yang isinya sejumlah mata pelajaran yang diberikan pada kelas I s.d. kelas VI.

3.  Pengertian Kurikulum Secara Modern :

Menurut  Saylor  J.  Gallen  &  William  N.  Alexander  dalam  bukunya “Curriculum Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”.

Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa “Kurikulum adalah semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah”

Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.

4.  Pengertian Kurikulum Dari Berbagai Ahli
George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : “ A Curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school”.


Ronald C. Doll (1974) mengatakan bahwa : “ …the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school.

Hilda Taba (1962) mengemukakan bahwa: “A curriculum usually contains a statement of aims and of specific objectives; it indicates some selection and organization of content; it either implies or manifests certain patterns of learning and teaching, whether because the objectives demand them or because the content organization requires them. Finally, it includes a program of evaluation of the outcomes”. Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba menekankan pada tujuan suatu statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola pembelajaran dan adanya evaluasi.

Unruh dan Unruh (1984) mengemukakan bahwa “curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan concerned with purposes, with what is to be learned, and with the result of instruction”. Ini berarti bahwa kurikulum merupakan suatu rencana untuk keberhasilan pembelajaran yang di dalamnya mencakup rencana yang berhubungan dengan tujuan, dengan apa yang harus dipelajari, dan dengan hasil dari pembelajaran.
Olivia (1997) mengatakan bahwa “we may think of the curriculum as a program, a plan, content, and learning experiences, whereas we may characterize instruction as methods, the teaching act, implementation, and presentation”. Olivia termasuk orang yang setuju dengan pemisahan antara kurikulum dengan pengajaran dan merumuskan kurikulum sebagai a plan or program for all the experiences that the learner encounters under the direction of the school.

Pendapat  sedikit berbeda tentang kurikulum dikemukakan oleh Marsh (1997), dia mengemukakan bahwa kurikulum merupakan suatu hubungan antara perencanaan-perencanaan dengan pengalaman-pengalaman yang seorang siswa lengkapi di bawah bimbingan sekolah.

Schubert (1986) mengatakan: “The interpretation that teachers give to subject matter and the classroom atmosphere constitutes the curriculum that students actually experience”. Pengertian tersebut menggambarkan definisi kurikulum dalam arti teknis pendidikan. Pengertian tersebut diperlukan ketika proses pengembangan kurikulum sudah menetapkan apa yang ingin dikembangkan, model apa yang seharusnya digunakan dan bagaimana suatu dokumen harus dikembangkan. Kebanyakan dari pengertian itu berorientasi pada kurikulum sebagai upaya untuk mengembangkan diri peserta didik, pengembangan disiplin ilmu, atau kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan tertentu.

Dool (1993) memperkuat pendapatnya tentang kurikulum yang ada sekarang dengan mengatakan: ”Education and curriculum have borrowed some concepts from the stable, nonechange concept - for example, children following the pattern of their parents, IQ as discovering and quantifying an innate potentiality. However, for the most part modernist curriculum thought have adopted the closed version, one where - trough focusing - knowledge is transmitted, transferred. This is, I believe, what our best contemporary schooling is all about. Transmission frames our teaching-learning process”.

Definisi kurikulum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
  1. Peningkatan iman dan takwa;
  2. Peningkatan akhlak mulia;
  3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
  4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
  5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
  6. Tuntutan dunia kerja;
  7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
  8. Agama;
  9. Dinamika perkembangan global;
  10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.