Kamis, 25 April 2013

ujian nasional

Hari ini tepat tanggal 25 April 2013, ujian nasional tingkat SMP sederajat selesai dilaksanakan. Tidak seperti pelaksanaan  UN SMA sederajat yang tertunda,dimulai pada hari kamis tanggal 18 April dan berakhir tanggal 22 April 2013. Mereka mengalami penundaan diakibatkan carut marutnya distribusi soal di 11 provinsi termasuk kalsel penundaan tingkat SMA sederajat yang awalnya jadi hari rabu, lalu hari kamis dengan kondisi yang belum memungkinkan diakibatkan sampai malam kamis, soal belumlah lengkap. Akhirnya jadilah UN digelar mulai hari kamis tgl 18 april 2013 dengan segala kekurangaannya. soal dan LJUN fotocopy, dan pelaksanaan yang berbeda di setiap kabupaten. Ada beberapa kabupaten yang tepat melaksanaan pukul 07.30 wita, di Banjarmasin dimulai pukul 09.30 wita, sedangkan Kabupaten Balangan mulai pukul 13.30 wita, malah ada tingkat MA yang blm dimulai karena ketiadaan soal.
Tidak ada yang salah dalam peraturan dan kebijakan . Sesuai UU RI no.20 tahun 2003 ttg sistem pendidikan nasional Bab XVI pasal 57 ayat 1 bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak pihak yang berkepentingan.
Namun kenyataan di lapangan, setiap sekolah baik itu favorit atau pun pinggiran, berlomba-lomba untuk  meluluskan siswanya 100%. Bagi sekolah favorit, hal itu demi prestise, agar mereka makin diminati peserta didik dan jaga gengsi. Bagi sekolah pinggiran ataupun non favorit, hal ini demi menjaga nama baik juga agar tahun depan mereka masih memiliki murid.
Siswa yang malas belajar maka makin malas, karena mereka pikir ngapain repot2 belajar toh ada juga nanti dapat jawaban. Guru yang awalnya semangat mengajar kalah oleh keadaan karena muridnya akhirnya mendapat kunci jawaban dan nilai sekolah yang diangkat drastis. Sekolah yang menanamkan kejujuran akhirnya dikalahkan oleh sekolah lain + kebijakan agar siswa lulus 100%.
UN sebagai penentu kelulusan mungkin perlu dikaji ulang, Walaupun nilai sekolah dihargai 40% dan  nilai UN 60%, namun ini semua tetap menimbulkan kecurangan dan tidak menggambarkan kemampuan yang sebenar-benarnya dari peserta didik, akibat oknum sekolah, oknum guru maupun oknum siswa yang melakukan kecurangan. dulu kecurangan dalam UN bagaikan kentut yang pelan, berbau tapi tidak tau siapa yang melakukannya. sekarang, kecurangan UN makin jelas di depan mata, tanya siswa, tanya guru, tanya sekolah, tanya pemangku kebijakan, apakah mereka sudah melaksanakan UN dengan jujur? Kebohongan berjamaah, yang dilakukan oleh orang berpendidikan seharusnya sangat memalukan.
Alangkah lebih baik jika UN bukan penentu kelulusan, jadi UN tetap diadakan tapi berapapun nilai yang diperoleh siswa , itulah kemampuan mereka. Mereka tetap tamat sekolah. Namun semua kembali kepada pemangku kebijakan, apakah mereka tetap menjadikan UN sebagai penentu kelulusan sesuai standar penilaian yang sama di seluruh pelosok Indonesia, apapun akreditasi sekolahnya, walaupun ditengah keterbatasan sarana prasarana di daerah-daerah, di antara guru-guru yang belum tentu semuanya profesional, di antara sekolah yang lebih mengutamakan prestise daripada mutu.
Sebagai seorang pendidik yang terlibat langsung dalam pendidikan, penulis sangat merasakan fenomena ini. Ada kekhawatiran, ada ketakutan, ada tekanan, baik itu dari siswa, guru, orangtua, sekolah, dan masyarakat, dan ini menimbulkan peluang2 kecurangan di mana-mana. Tapi semua itu kembali pada kita, apakah kita ingin merusak moral anak bangsa dengan kecurangan itu. Masih banyak sekolah, kepala sekolah, guru dan siswa yang bersih, yang tidak melakukan praktik kotor yang menghalalkan segala cara demi kelulusan. Masih banyak siswa yang pontang panting belajar siang malam demi menghadapi UN, namun siapkan mereka menghadapi kenyataan bahwa mereka akhirnya tidak lulus ,sedangkan teman mereka yang tidak pernah belajar menghadapi UN, yang ketika mau UN tetap mejeng, main FB, game, twitter, namun mereka luluis dengan nilai tinggi karena SIMSALABIM alias kecurangan,. Siapkah siswa, guru, orang tua, menghadapi kenyataan pahit Itu???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar